Smartphonography : Optimalkan HP Untuk Foto Produk, Potret & Konten Menarik
Di era digital ini, HP bukan lagi sekadar alat komunikasi, tetapi bisa menjadi alat menghasilkan foto menarik untuk berbagai keperluan. Ada yang foto produk untuk dijual. Untuk menawarkan jasa atau servis. Bisa juga untuk alat bantu mengajar atau edukasi. Termasuk untuk membangun personal branding, dan mempercantik konten media sosial.
Smartphonography gabungan kata smartphone (ponsel pintar) dan photography (fotografi), yang berarti kegiatan memotret menggunakan kamera smartphone. Istilah ini merujuk pada teknik, keterampilan, dan kreativitas dalam menghasilkan foto berkualitas dengan memanfaatkan kamera HP, tanpa harus memakai kamera profesional seperti DSLR atau mirrorless.
Bagaimana memaksimalkan fitur kamera HP, memanfaatkan cahaya, memilih sudut terbaik, dan mengedit langsung di ponsel agar foto produk terlihat profesional? Bagaimana bisa menghasilkan foto bagus tanpa kamera mahal?
Untuk itu, Yayasan Auxano Indonesia Muda, akan menyelenggarakan training gratis dengan topik “Smartphonography : Optimalkan HP Untuk Foto Produk, Potret & Konten Menarik” pada hari Sabtu, 23 Agustus 2024, Pkl 09.30 – 12.00 WIB.
Sharing akan berikan oleh Carlo Alexander, dengan pengalaman panjang sebagai Freelance Photographer dan juga Art & Creative Director Global Business Guide
Materi yang akan dibawakan Adalah bagaimana peserta bisa mengambil foto untuk berbagai keperluan dengan peralatan yang dimiliki temasuk HP (smartphone).
Training ini GRATIS dan terbuka untuk semua kalangan, pelajar, mahasiswa, karyawan, pengusaha / entrepreneur, pekerja sosial, ibu rumah tangga atau atau siapa saja yang ingin belajar tentang smartphonography
Untuk mendapatkan sertifikat training, wajib mendaftar dulu ke link berikut ini
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa intensitas penggunaan media sosial berkorelasi negatif dengan kepercayaan diri remaja. Semakin sering menggunakan media sosial, semakin rendah (turun) kepercayaan dirinya.
Perbandingan sosial (social comparison) lewat Instagram memiliki korelasi kuat dengan self-esteem yang rendah pada remaja pengguna aplikasi tersebut.
Di era digital, promosi atau kampanye bukan sekadar posting di media sosial saja. Namun juga bicara tentang membangun komunitas yang hidup, saling dukung, dan punya tujuan bersama. Dalam konteks ini, banyak anak muda yang memiliki potensi besar penggerak perubahan melalui dunia digital.
Berpikir kiritis berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir rutin. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan rasional.
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) bukan lagi sekadar cerita fiksi ilmiah. Hari ini, AI hadir di genggaman kita: dari fitur kamera ponsel yang pintar mengenali wajah, aplikasi yang bisa menerjemahkan bahasa dalam hitungan detik, sampai robot chat yang bisa menjadi partner belajar, kerja, bahkan usaha. Pertanyaannya: bagaimana anak muda bisa benar-benar memanfaatkan AI, bukan sekadar jadi penonton atau malah jadi korban AI?